Gowes Wijna Mantriwira, Sapa Masyarakat dan Mengenal Cagar Alam Majapahit

    Gowes Wijna Mantriwira, Sapa Masyarakat dan Mengenal Cagar Alam Majapahit

    KOTA MOJOKERTO – Kapolresta Mojokerto AKBP Wiwit Adisatria S.I.K., S.H., M.T. membangun kebersamaan dengan gowes Wijna Mantriwira bersama pejabat utama dalam rangka mengisi kegiatan dengan olahraga sekali dalam seminggu.

    Kali ini tujuannya menuju Pendopo Agung Trowulan di Dusun Nglinguk, Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto dengan route melewati pedesaan dan persawahan sekaligus menyapa warga untuk mengenal cagar alam yang ada di Mojokerto yang dikenal sebagai pusat peradaban Mojopahit, Sabtu (10/09/22).

    Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya yang memerintah dari tahun 1293-1309. Kerajaan ini mencapai masa kejayaan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk tahun 1350-1389 didampingi oleh Patih Gajah Mada.

    Pendopo Agung Trowulan, Bangunan pendopo berdiri di bekas Pendopo Agung Kerajaaan Majapahit. Saat itu, pendopo tersebut merupakan tempat Mahapatih Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa

    Gowes ini diinisiasi AKBP Wiwit dengan nama Wijna Mantriwira, merupakan semboyan Gajah Mada yang menggambarkan semangat sosok Anggota Polri

    “Wijna Mantriwira adalah semboyan Gajah Mada yang menggambarkan semangat sosok Anggota Polri yang bijaksana, berpandangan luas sebagai pembela negara yang selalu berani dan bertindak dengan penuh kesucian demi kepentingan bangsa dan negara” Jelas AKBP Wiwit Adisatria S.I.K., S.H., M.T.

    “Saya mengajak PJU untuk hidup sehat, karena dengan olah raga akan mengurangi stres setelah penat bekerja dan meningkatkan imun dalam tubuh kita. Route gowes Wijna Mantriwira kali ini kurang lebih menempuh jarak 30, 5 KM” Ucap Kapolresta Mojokerto AKBP Wiwit Adisatria

    Gowes sekaligus mengenal Cagar Alam di Pendopo Agung ini dibangun oleh Kodam V Brawijaya melalui Yayasan Bina Mojopahit pada 1964 hingga 1973. Bangunan Pendopo Agung Trowulan berbentuk joglo yang tiang utama atau soko gurunya beralaskan batu umpak peninggalan Kerajaan Majapahit.

    Bagian belakang bangunan Pendopo Agung Trowulan terdapat dinding dengan relief mengisahkan sejarah Kerajaan Majapahit. Salah satu relief mengisahkan penobatan Raden Wijaya menjadi Raja Majapahit pada tanggal 15, bulan Kartika, tahun 1215 saka atau sekitar 10 November 1293.

    Pendopo Agung Trowulan ini berdiri di atas situs yang diyakini merupakan lokasi pembacaan Sumpah Palapa oleh Mahapatih Gajah Mada. “Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, ring Sunda, ring Palembang, ring Tumasik, samana isun amukti palapa.”

    Peninggalan Kerajaan Majapahit lainnya yang saat ini ada di Pendopo Agung Trowulan yakni patok batu. Konon patok batu segi enam yang menancap dengan kemiringan sekitar 60 derajat itu diyakini merupakan tempat untuk mengikat gajah yang dinaiki Gajah Mada dengan tali agar tidak berkeliaran.

    Mohamad Yamin dalam bukunya “Gajah Mada Pahlawan Persatuan Nusantara” menjelaskan bahwa sumpah Gajah Mada itu bernama Sumpah Palapa. Dalam sumpah Amukti Palapa itu, Gajah Mada berpantang bersenang-senang memikirkan diri sendiri dan akan berpuasa selama cita-cita negara belum sampai.

    Gajah Mada diangkat sebagai Mahapatih menggantikan Mpu Nala. Saat momen inilah, Sang Patih mengucapkan Sumpah Palapa yang terkenal. Sumpah Palapa itu diucapkan di muka para menteri dan di tengah-tengah paseban. Arti sumpah itu yakni, “Saya baru akan berhenti berpuasa makan buah Palapa jikalau seluruh Nusantara takluk di bawah kekuasaan negara (Majapahit), ” (Yamin; 1977;51).

    Sumpah yang diucapkan Gajah Mada setelah resmi menjabat Amangkubumi itu mampu membungkam kecongkakan para pembesar kerajaan Majapahit yang awalnya mencemooh dan menertawakannya.

    Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa berdasarkan pengkajian mendalam agar Kerajaan Majapahit menguasai 10 wilayah penting di bawah panji Nusantara. Sepulu daerah tersebut yakni Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik.

    Dilanjutkan rombongan menuju Makam Panggung sebagai Tempat Pertapaan Eyang Raden Wijaya, raja pertama Majapahit serta Tempat Pembacaan Sumpah Amukti Palapa Eyang Patih Gajah Mada. Dan ditemui juru kunci Suroto

    “Ini hanya petilasan atau makom. Bukan makam tempat mengubur manusia, Makam Panggung itu hanya nama depan. Nama panjangnya Sanggar Agung Song-song Bawono. Tempat Raden Wijaya menerima wahyu sehingga dia mendirikan Kerajaan Majapahit, ” kata Juru Kunci Makam Panggung Suroto

    Rute yang ditempuh gowes kali ini dari Start Rumah Dinas Kapolresta Mojokerto –  Jl. Pahlawan keselatan-simpang bentar - simpang SPMA kekanan jln KH usman-simpang murukan Kekiri - simpang tiga Sambiroto kekanan-simpang Bicak keselatan lurus petilasan Hayam Wuruk-simpang Baldes panggih kekanan/Kebarat-simpang tiga jalan cor kekiri/keselatan lurus-simpang Trowulan keselatan-kolam Segaran-Pendopo Agung Trowulan (WATER STOP).

    Lanjut perjalanan pulang Jalan Trowulan-simpang empat Trowulan kekanan/ketimur by pass lurus-simpang tiga Lengkong ketimur-by pass Brangkal-simpang Jampirogo ketimur-simpang PI keutara-tugu UKS-simpang  Gatoel-simpang Tropodo - Joglo Samapta Polresta Mojokerto. (MK)

    kota mojokerto
    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    Aksi Simpatik Polwan Polresta Mojokerto...

    Artikel Berikutnya

    Petugas Pamor Keris Polresta Mojokerto Himbau...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Hendri Kampai: Indonesia Emas, Mimpi Indah atau Nyata? Saatnya Tiga Kementerian Mulai Kolaborasi!
    Hendri Kampai: Jika Rp.1000 per Hari Duit Rakyat untuk Kesehatan, Kira-kira Cukup Gak?
    Hendri Kampai: Ujian Nasional, Standar Kompetensi Minimal Siswa dan Cerminan Keberhasilan Guru
    Hendri Kampai: Swasembada Pangan, Menjadi Tuan Rumah di Ladang Sendiri!

    Ikuti Kami